b.
Pendidikan
Masalah paling bermasalah di
negeri ini.
Tentu kita sering mendengar tentang ucapan kaisar Jepang saat Nagasaki dan
Hiroshima dijatuhkan bom atom oleh tentara sekutu, yang menyebabkan semua lini kehidupan
di dua kota tersebut mati. Kaisar Jepang tidak menanyakan kabar keluarganya
atau kekayaannya. Yang ia tanyakan adalah
’Berapa banyak guru yang masih hidup ?’
Jepang, negara yang pernah menjajah bumi pertiwi ini, yang juga pernah
memaksa rakyat Indonesia untuk ikut menganut agama Shinto, kini menjadi negara
dengan jumlah orang pintar yang tersebar di dunia.
Jepang mungkin memang tidak mengenal isal secara lengkap. Namun, ketika
mereka memperhatikan maslaah pendidikan, bisa saja mereka telah mengambil inti
dari ajaran isalm itu sendiri. Berbeda dengan negara kita. Dengan jumlah
penduduk islam terbesar di dunia, tetapi memperhatikan masalah pendidikan saja
tampaknya tak kunjung usai.
Hampir tiap tahun kita dapat melihat masalah pendidikan yang terus saja
bergulir tak kenl henti. Sistem pendidikan yang masih belum maksimal tergarap,
jumlah guru yang tak memadai, kesejahteraan guru yang tak kunjung usai,
tampaknya akan menjadi masalah yang tak kenal henti.
Masalah sistem misalkan. Sistem pendidikn di Indonesia yang sering berubah
setiap tahunnya membuat anak – anak Indonesi ekstra keras ketika mereka ingin
naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Saat ini saja misalnya, ada beberapa masalah yang memang sedang dihadapi
oleh masyarakat Indonesia. Masalah kurikulum misalkan. Sudah menjadi topik yang
umum jika kita mendengar tentang kurikulum Indonesia yang belum pernah beres
dari tahun ke tahun. Kurikulum yang sejatinya menjadi sistem dalam pendidikn
Indonesia, seakan menjadi mainan bagi sebagian warga Indonesia. Masalahnya lagi
adalah yang memainkan itu merupakan orang – orang yang berada pada tataran elit
politis yang seharusnya menjadi seseorang yang membela kepentingan rakyat Indonesia.
Komersialisasi pendidikan menjadi hal yang juga sarat akan kepentingan
segelintir orang. Pendidikan yang seharusnya menjadi tolak ukur kemajuan sebuah
bangsa seakan menjadi mainan. Rakyat Indonesia sendiri seakan tidak diijinkan
mengenyam pendidikan yng merupakan kebutuhan pokok. Pendidikan di Indonesia
saat ini Mahal. Bahkan ada anekdot yang menyatakan bahwa
’Orang Miskin ga boleh Pintar’
Anekdot ini bisa saja benar adanya. Ketika kita tidak memiliki uang yang
cukup, kita seakan tidak bisa mengenyam pendidikan.
c.
Energi
Kami yang memiliki, kami pula
yang harus membeli
Tampaknya kita harus banyak berbenah tentang masalah energi ini. Indonesia
telah banyak diberikan nikmat yang berlimpah ruah oleh Allah swt. Sayangnya
kita belum bisa memanfaatkan nikmat yang Allah berikan kepada kita tersebut.
Sayangnya di Indonesia ini pemanfaatan sumber daya alam ini sangat belum
maksimal. Kebanyakn sumber daya alam di Indonesia masih dikelola oleh pihak
asing padahal anak negeri ini banyak yang memilki kompetensi sangat baik dalam
mengelola sumber daya alam negerinya. Sayangnya mereka seakan masih belum
dipercaya oleh rakyatnya sendiri dalam hal mengelola hajat hidup rakyat
Indonesia. Malah penjajah asing yang diijinkan untuk mengelola sumber daya alam
yang sudah selaiknya menjadi kebutuhan rakyat Indonesia.
Energi merupakan hal krusial dalam pengelolaan negeri
ini. karena tanpa asupan energi yang baik maka kemajuan suatu negara tidak
dapat berlangsung. Menurut kajian yang dilakukan mahasiswa ITB Sektor
pertambangan migas 84%-nya masih dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing.
Produksi minyak nasional Indonesia sekitar 900.000 barel per hari. Itu masih
kotor, belum dipotong bagian kontraktor dan cost recovery. Sementara kebutuhan
BBM mencapai 1,4 juta barel per hari. Defisit minyak ini dipenuhi lewat
pembelian impor minyak mentah maupun dalam bentuk BBM jadi ke pihak asing lebih
dari 500 barel per hari. Selain itu, beberapa kontrak gas juga perlu ditinjau
ulang karena tak berpihak pada kepentingan nasional, malah berpihak pada asing.
Yang paling jelas adalah kontrak LNG (Liquefied Natural Gas) Tangguh. Di saat
PLN maupun industri dalam negeri membutuhkan pasokan gas, pemerintah malah
menjual gas ke luar negeri seharga US$ 3,35 per mmbtu (million british
thermal unit). Sementara di saat yang sama, harga jual gas ke dalam negeri
US$7 per mmbtu. Penjualan LNG Tangguh ini juga jauh di bawah harga LNG Badak di
Kaltim yang di ekspor ke Jepang seharga US$ 20 per mmbtu. Kontrak ini
mengurangi potensi pendapatan negara hingga Rp 30 trilyun setiap tahunnya. Blok
Cepu yang berpotensi menambah lifting minyak sebesar 165.000 barel setiap
harinya pun pengelolaannya diserahkan kepada Exxon-Mobile sebagai operator
utama hingga tahun 2036.
Di sektor
pertambangan umum, kuasa asing juga terlihat sangat dominan. Mengacu data
British Petroleum Statistical Review, Indonesia yang hanya memiliki cadangan
batubara terbukti 4,3 miliar ton atau 0,5 persen dari total cadangan batubara
dunia menjadi pemasok utama batubara untuk China yang memiliki cadangan
batubara terbukti 114,5 miliar ton atau setara 13,9 persen dari total cadangan
batubara dunia. Kontrak dengan Freeport dalam penambangan emas negara dirugikan
puluhan trilyun setiap tahun dengan mendapat royalti hanya sebesar 1% dari
jumlah emas yang dihasilkan. Ini baru berupa kerugian materiil, berupa potensi
penerimaan negara yang hilang, belum termasuk kerugian-kerugian akibat kerusakan
lingkungan ataupun konflik sosial.
Dari sini saja
kita dapat melihat bahwa urusan energi saja yang merupakan urusan krusial di
negeri ini pemerintah masih belum dapat menyelsaikan. Padahal itu merupakan
cerminan dari kedaulatan bangsa.
(cont ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar