Selasa, 15 Januari 2013

chapter 3 : Carut marut negeri ini, dan islam sebagai solusi


b.           Pendidikan
Masalah paling bermasalah di negeri ini.

Tentu kita sering mendengar tentang ucapan kaisar Jepang saat Nagasaki dan Hiroshima dijatuhkan bom atom oleh tentara sekutu, yang menyebabkan semua lini kehidupan di dua kota tersebut mati. Kaisar Jepang tidak menanyakan kabar keluarganya atau kekayaannya. Yang ia tanyakan adalah

’Berapa banyak guru yang masih hidup ?’

Jepang, negara yang pernah menjajah bumi pertiwi ini, yang juga pernah memaksa rakyat Indonesia untuk ikut menganut agama Shinto, kini menjadi negara dengan jumlah orang pintar yang tersebar di dunia.

Jepang mungkin memang tidak mengenal isal secara lengkap. Namun, ketika mereka memperhatikan maslaah pendidikan, bisa saja mereka telah mengambil inti dari ajaran isalm itu sendiri. Berbeda dengan negara kita. Dengan jumlah penduduk islam terbesar di dunia, tetapi memperhatikan masalah pendidikan saja tampaknya tak kunjung usai.

Hampir tiap tahun kita dapat melihat masalah pendidikan yang terus saja bergulir tak kenl henti. Sistem pendidikan yang masih belum maksimal tergarap, jumlah guru yang tak memadai, kesejahteraan guru yang tak kunjung usai, tampaknya akan menjadi masalah yang tak kenal henti.

Masalah sistem misalkan. Sistem pendidikn di Indonesia yang sering berubah setiap tahunnya membuat anak – anak Indonesi ekstra keras ketika mereka ingin naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Saat ini saja misalnya, ada beberapa masalah yang memang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Masalah kurikulum misalkan. Sudah menjadi topik yang umum jika kita mendengar tentang kurikulum Indonesia yang belum pernah beres dari tahun ke tahun. Kurikulum yang sejatinya menjadi sistem dalam pendidikn Indonesia, seakan menjadi mainan bagi sebagian warga Indonesia. Masalahnya lagi adalah yang memainkan itu merupakan orang – orang yang berada pada tataran elit politis yang seharusnya menjadi seseorang yang membela kepentingan rakyat Indonesia.

Komersialisasi pendidikan menjadi hal yang juga sarat akan kepentingan segelintir orang. Pendidikan yang seharusnya menjadi tolak ukur kemajuan sebuah bangsa seakan menjadi mainan. Rakyat Indonesia sendiri seakan tidak diijinkan mengenyam pendidikan yng merupakan kebutuhan pokok. Pendidikan di Indonesia saat ini Mahal. Bahkan ada anekdot yang menyatakan bahwa
’Orang Miskin ga boleh Pintar’

Anekdot ini bisa saja benar adanya. Ketika kita tidak memiliki uang yang cukup, kita seakan tidak bisa mengenyam pendidikan.


c.          Energi
Kami yang memiliki, kami pula yang harus membeli

Tampaknya kita harus banyak berbenah tentang masalah energi ini. Indonesia telah banyak diberikan nikmat yang berlimpah ruah oleh Allah swt. Sayangnya kita belum bisa memanfaatkan nikmat yang Allah berikan kepada kita tersebut. Sayangnya di Indonesia ini pemanfaatan sumber daya alam ini sangat belum maksimal. Kebanyakn sumber daya alam di Indonesia masih dikelola oleh pihak asing padahal anak negeri ini banyak yang memilki kompetensi sangat baik dalam mengelola sumber daya alam negerinya. Sayangnya mereka seakan masih belum dipercaya oleh rakyatnya sendiri dalam hal mengelola hajat hidup rakyat Indonesia. Malah penjajah asing yang diijinkan untuk mengelola sumber daya alam yang sudah selaiknya menjadi kebutuhan rakyat Indonesia.

Energi merupakan hal krusial dalam pengelolaan negeri ini. karena tanpa asupan energi yang baik maka kemajuan suatu negara tidak dapat berlangsung. Menurut kajian yang dilakukan mahasiswa ITB Sektor pertambangan migas 84%-nya masih dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing. Produksi minyak nasional Indonesia sekitar 900.000 barel per hari. Itu masih kotor, belum dipotong bagian kontraktor dan cost recovery. Sementara kebutuhan BBM mencapai 1,4 juta barel per hari. Defisit minyak ini dipenuhi lewat pembelian impor minyak mentah maupun dalam bentuk BBM jadi ke pihak asing lebih dari 500 barel per hari. Selain itu, beberapa kontrak gas juga perlu ditinjau ulang karena tak berpihak pada kepentingan nasional, malah berpihak pada asing. Yang paling jelas adalah kontrak LNG (Liquefied Natural Gas) Tangguh. Di saat PLN maupun industri dalam negeri membutuhkan pasokan gas, pemerintah malah menjual gas ke luar negeri seharga US$ 3,35 per mmbtu (million british thermal unit). Sementara di saat yang sama, harga jual gas ke dalam negeri US$7 per mmbtu. Penjualan LNG Tangguh ini juga jauh di bawah harga LNG Badak di Kaltim yang di ekspor ke Jepang seharga US$ 20 per mmbtu. Kontrak ini mengurangi potensi pendapatan negara hingga Rp 30 trilyun setiap tahunnya. Blok Cepu yang berpotensi menambah lifting minyak sebesar 165.000 barel setiap harinya pun pengelolaannya diserahkan kepada Exxon-Mobile sebagai operator utama hingga tahun 2036.
Di sektor pertambangan umum, kuasa asing juga terlihat sangat dominan. Mengacu data British Petroleum Statistical Review, Indonesia yang hanya memiliki cadangan batubara terbukti 4,3 miliar ton atau 0,5 persen dari total cadangan batubara dunia menjadi pemasok utama batubara untuk China yang memiliki cadangan batubara terbukti 114,5 miliar ton atau setara 13,9 persen dari total cadangan batubara dunia. Kontrak dengan Freeport dalam penambangan emas negara dirugikan puluhan trilyun setiap tahun dengan mendapat royalti hanya sebesar 1% dari jumlah emas yang dihasilkan. Ini baru berupa kerugian materiil, berupa potensi penerimaan negara yang hilang, belum termasuk kerugian-kerugian akibat kerusakan lingkungan ataupun konflik sosial.
Dari sini saja kita dapat melihat bahwa urusan energi saja yang merupakan urusan krusial di negeri ini pemerintah masih belum dapat menyelsaikan. Padahal itu merupakan cerminan dari kedaulatan bangsa.


(cont ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar