Dan kita sampai ke PR ke 3.
PR ketiga ini anaknya buanyak, ada empat cyiiin. Huaaa
Dan semuanya tentang merenung, memikirkan 5W 1 H diri kita dan menyadari
tentangNya.
Ini tentang diriku.
Respati Oktaviani, Jakarta 24 Oktober 1991, anak pertama dari 2 bersaudara.
Koleris Sanguinis, Keras Kepala dan Cuek.
Daaan Allah karuniakan saya laki – laki yang 180 derajat kebalikan dari
saya.
Saya adalah perempuan yang terbiasa melakukan apa – apa sendiri. Pergi
kemana – mana sendiri dan melakukan aktifitas sendiri. Sebenarnya ketika SD
sampai SMP saya masih suka berkoloni, tapi ketika SMA, SMA saya pindah ke
lokasi yang saya asing disana, jadinya saya lebih sering menyendiri. Walau
akhirnya di SMA tersebut saya punya geng yang satu pemikiran, jadinya
berkoloninya dengan mereka.
Saya tipe orang suka mengamati dan menganalisis. Fast reader dan Fast Speaker :D
Kalau ada apa – apa pasti saya amati terus dilaporkan ke pak suami, kalau
sama suami kadang suka dibalikin ’gapapa bu, biasa aja’ .
Sejak sebelum menikah, Mama saya sering mengulang – ulang pernyataan ’kalau
abus nikah jangan tinggal disini lagi ya, tinggal yang jauh, belajar sendiri’
Saya sih seneng- seneng aja disuruh pindah, hahaa
Tapi kan mama saya yang suka kangen ama cucu, jadinya tetep aja suka nanya
– nanya.
Daaan itu lah yang saya lakukan pascanikah.
Saat proses menuju pernikahan, saya sampaikan ke (calon) suami saya kala
itu, kita harus cari rumah / kontrakan pisah rumah. Dan alhamdulillah (calon)
suami waktu itu sepakat, jadi aja kami tinggal di kontrakan yang dekat dengan
tempat kerja. Saya dan (calon) suami kala itu satu kantor, jadinya lebih mudah
dan dekat.
Banyak banget yang saya syukuri ketika Allah karuniakan laki – laki yang
berbeda karakter dengan saya. Itu bisa
membuat saya menjadi lebih sabar. Ya ujian sabar yang ga akan habis.
Allah memberikan amanah ga akan salah alamat. Ketika Allah pasangankan saya
dengan laki – laki ini, adalah agar saya :
1. Lebih sabar
2. Menghargai setiap orang
Saat ini kami tinggal di daerah Condet. Lokasi yang kami pilih karena dekat
dengan tempat kerja kami.
Satu tahun lebih kami tinggal di daerah ini. Dan dengan tetangga yang
hampir setiap tahun berganti
Beberapa kali kami interaksi dengan tetangga yang ada di sekitar kami. Yang
paling kami perhatikan adalah cara para orang tua tersebut mendidik anak –
anaknya.
Hal tersebut kami pikir, bisa kami jadikan ‘lahan dakwah’ untuk pra
tetangga. Karena beberapa diantara tetangga ada yang masih konvensional
mendidik anak. Dengan teriak, dengan
membentak daaaan dengan ancaman.
Makanya, hampir 2 tahun kami tinggal disini, sepertinya Allah belum kasih
ijin kami pindah. Hee
Selalu aja ga jadi pindah :D
Walau ibu – ibu disini masih mendidik anak – anaknya
dengan cara ’tradisional’ beberapa diantara mereka ada yang mau terbuka
pikirannya. Jadi mudah untuk ’dicuci otak’nya. Selain masalah mendidik anak,
masalah kesehatan juga masih terlihat. Beberapa orang tua di sekitar sini,
enggan melakukan imunisasi dan ke dokter, kalaupun ke posyandu hanya saat bagi
vitamin gratis aja. Jadi kalau anaknya sakit, mereka memilih membeli obat
warung dan diberikan ke anaknya... duh duh duh ...
Ini juga menjadi lahan dakwah kami. Karena kami berdua
bekerja di NGO dan sering mengadakan pelayanan kesehatan, maka ada saja ilmu – ilmu
kesehatan yang menempel dan itu bisa disosialisasikan ke para orang tua
sekitar.
1 hal yang masih mengganjal di hati. Ingin rasanya buka
TPA dan ngajar ngaji. Atau minimal terlibat aktif di Majelis Taklim ibu – ibu
disini, agar dakwah parenting lebih masif.
Demikian... dan Doakan J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar