Dear Zaid,
Zaid, ibu tulis surat ini,
ketika usia kamu 6 bulan lebih sedikit. Ceritanya ibu lagi dapat PR untuk
menulis tentang potensi dan harapan untuk anak – anak kami, percayalah
sekalipun bahasa disini terkesan santai, ini adalah tentangMu dan Harapan kami
****
Bismillah …
Zaid, ibu harus berterima
kasih dan bersyukur sama Allah, karena Allah titipkan kamu kepada Ibu.
Perempuan yang masih jauh
dari standar perempuan profesional, hee
Masih suka petakilan,
pecicilan, nyanyi – nyanyi dan lainnya, yang bisa jadi menurut orang belum
cocok jadi ibu.
Tapi, Allah ga akan pernah
kasih amanah kalau kita ga sanggup.
Dan Ibu pasti sanggup...
Nak, jauh sebelum Ibu
memberikan kamu nama Zaid... Ibu sudah tulis nama semua anak Ibu. Dan semua anak Ibu, namanya
adalah panglima pembela Islam lhoo. That’s
why your name is Zaid J
Zaid ibn Haritsah : panglima perang zaman
Rasulullah
Zaid ibn Khatthab : kakak
Umar ibn Khatthab, orang – orang pertama yang masuk islam
Zaid ibn Tsabit : Penulis Al
Quran di masa ’Utsman ibn Affan
Dunia ini semakin ga jelas
nak, Islam adalah asing dan dia akan kembali menjadi asing.
JANGAN TAKUT DAN JANGAN
SEDIH. BANGGALAH NAK, BANGGA AKAN ISLAMMU ... SUNGGUH !!!
Zaid, kamu adalah anak laki –
laki pertama. Abang, kakak, Mas, Aa...
Bertanggung jawablah nak,
jadilah laki – laki yang bertanggung jawab. Jadilah laki – laki yang kuat,
tegar dan bijaksana. Sesuai nama belakangmu, Yudistira. Kakak para pandawa yang
tegas mengayomi adik – adiknya.
Zaid, ibu dan ayah adalah 2
orang yang berbeda, karakter maupun cara belajar. ibu yang ga terlalu suka
nonton, lebih suka mebaca, lebih dominan otak kiri, suka ga berperasaan, cuek,
dan ga bisa bisa gambar, sedang ayah... hobi sekali nonton, ga terlalu suka
membaca, haluus sekali, sabar sangat berperasaan. Hee
Kami berusaha menyeimbangkan
diantara keduanya. Kamu tetap suka membaca dan juga suka nonton, bisa gambar,
tegas dan berperasaan.
Zaid, apapun cita – citamu
nanti, in Syaa Allah... ibu dan ayah akan dukung.
Ayah sih katanya penginnya
kamu jadi Pilot
Kalau ibuuuu... maunya kamu
jadi dokter. Jadi pejuang kemanusiaan Nak. Bantu orang – orang yang susah,
jadilah jalan kebaikan ketika orang ingin berbuat baik.
Hee. Standar yah, tapi ibu
pernah dengar di salah satu kampus, ketika ada mahasiswa baru jurusan
kedokteran, maka komunitas islam disana meminta anak – anak tersebut menghafal
Qur’an. Karena, bahasa kedokteran itu ’asing’ maka harus dibiasakan dengan menghafal
yang ’asing’ juga.
Makanya mungkin dengan
menjadi dokter kamu bisa menghafal quran.
Oia nak, sebenarnya ibu ga
terlalu pengen kamu hafal qur’an kemudian nanti dikonteskan gitu – gitu. Agak
gimana gituuu... ibu jauh lebih suka kita menghafal beberapa ayat, paham sampai
dalam – dalamnya dan kita bisa mengimplementasikan dalam kehidupan sehari hari.
Itu jauh lebih baik menurut ibu.
Zaid, ibu dan ayah dibesarkan
dalam kondisi yang orang tua kami, nenek dan kakekmu, yang tidak kaya. Kami
berdua dibesarkan dan disekolahkan dengan penuh perjuangan. Itu yang melandasi
kami akhirnya menikah, niat dan tekad berjuang dan mengajarkannya kepada anak –
anak kami tentang apa itu berjuang dan hidup adalah tentang berjuang.
Jadilah orang ga mudah
menyerah nak, perbanyaklah saudara, jauhi musuh, jadilah anak yang pintar akal
dan pintar hati. Mudahkan urusan orang, supaya kelak Allah permudah urusan
kita. Jadilah teladan yang baik untuk sekitar.
Zaid, ibu itu suka sekali
bernyanyiiii... heee
Walau suara pas pasan gini,
tapi bernyanyi itu melegakan dan menyenangkan. Bernyanyilah nak, asal tidak
berlebihan. Belajarlah teknik menyanyi dan mengambil nafas, terapkan teknik
tersebut untuk mengaji, supaya ketika kau mengaji kau bisa membedakan mana ayat
peringatan, mana ayat kabar gembira dan mana ayat pengharapan.
Zaid ...
Mari kita sama sama belajar
nak
Mari sama – sama berjuang,
nak
Untuk hidup yang lebih kekal
...
Doa yang selalu Ibu sampaikan
kepadaNya tentangmu...
Ya Allah, jadikalnlah anak anak
kami Pembela AgamaMU, Penegak SyariatMU dan Penjaga KitabMU
Jakarta, Februari 2017
Ibu Zaid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar