Sabtu, 11 Februari 2017

Letter For Son #NHW3

Dear Zaid,
Zaid, ibu tulis surat ini, ketika usia kamu 6 bulan lebih sedikit. Ceritanya ibu lagi dapat PR untuk menulis tentang potensi dan harapan untuk anak – anak kami, percayalah sekalipun bahasa disini terkesan santai, ini adalah tentangMu dan Harapan kami
****

Bismillah …

Zaid, ibu harus berterima kasih dan bersyukur sama Allah, karena Allah titipkan kamu kepada Ibu.
Perempuan yang masih jauh dari standar perempuan profesional, hee
Masih suka petakilan, pecicilan, nyanyi – nyanyi dan lainnya, yang bisa jadi menurut orang belum cocok jadi ibu.
Tapi, Allah ga akan pernah kasih amanah kalau kita ga sanggup.
Dan Ibu pasti sanggup...

Nak, jauh sebelum Ibu memberikan kamu nama Zaid... Ibu sudah tulis nama  semua anak Ibu. Dan semua anak Ibu, namanya adalah panglima pembela Islam lhoo. That’s why your name is Zaid J
Zaid ibn Haritsah : panglima perang zaman Rasulullah
Zaid ibn Khatthab : kakak Umar ibn Khatthab, orang – orang pertama yang masuk islam
Zaid ibn Tsabit : Penulis Al Quran di masa ’Utsman ibn Affan

Dunia ini semakin ga jelas nak, Islam adalah asing dan dia akan kembali menjadi asing.
JANGAN TAKUT DAN JANGAN SEDIH. BANGGALAH NAK, BANGGA AKAN ISLAMMU ... SUNGGUH !!!

Zaid, kamu adalah anak laki – laki pertama. Abang, kakak, Mas, Aa...
Bertanggung jawablah nak, jadilah laki – laki yang bertanggung jawab. Jadilah laki – laki yang kuat, tegar dan bijaksana. Sesuai nama belakangmu, Yudistira. Kakak para pandawa yang tegas mengayomi adik – adiknya.

Zaid, ibu dan ayah adalah 2 orang yang berbeda, karakter maupun cara belajar. ibu yang ga terlalu suka nonton, lebih suka mebaca, lebih dominan otak kiri, suka ga berperasaan, cuek, dan ga bisa bisa gambar, sedang ayah... hobi sekali nonton, ga terlalu suka membaca, haluus sekali, sabar sangat berperasaan. Hee
Kami berusaha menyeimbangkan diantara keduanya. Kamu tetap suka membaca dan juga suka nonton, bisa gambar, tegas dan berperasaan.

Zaid, apapun cita – citamu nanti, in Syaa Allah... ibu dan ayah akan dukung.
Ayah sih katanya penginnya kamu jadi Pilot
Kalau ibuuuu... maunya kamu jadi dokter. Jadi pejuang kemanusiaan Nak. Bantu orang – orang yang susah, jadilah jalan kebaikan ketika orang ingin berbuat baik.
Hee. Standar yah, tapi ibu pernah dengar di salah satu kampus, ketika ada mahasiswa baru jurusan kedokteran, maka komunitas islam disana meminta anak – anak tersebut menghafal Qur’an. Karena, bahasa kedokteran itu ’asing’ maka harus dibiasakan dengan menghafal yang ’asing’ juga.
Makanya mungkin dengan menjadi dokter kamu bisa menghafal quran.

Oia nak, sebenarnya ibu ga terlalu pengen kamu hafal qur’an kemudian nanti dikonteskan gitu – gitu. Agak gimana gituuu... ibu jauh lebih suka kita menghafal beberapa ayat, paham sampai dalam – dalamnya dan kita bisa mengimplementasikan dalam kehidupan sehari hari. Itu jauh lebih baik menurut ibu.


Zaid, ibu dan ayah dibesarkan dalam kondisi yang orang tua kami, nenek dan kakekmu, yang tidak kaya. Kami berdua dibesarkan dan disekolahkan dengan penuh perjuangan. Itu yang melandasi kami akhirnya menikah, niat dan tekad berjuang dan mengajarkannya kepada anak – anak kami tentang apa itu berjuang dan hidup adalah tentang berjuang.

Jadilah orang ga mudah menyerah nak, perbanyaklah saudara, jauhi musuh, jadilah anak yang pintar akal dan pintar hati. Mudahkan urusan orang, supaya kelak Allah permudah urusan kita. Jadilah teladan yang baik untuk sekitar.

Zaid, ibu itu suka sekali bernyanyiiii... heee
Walau suara pas pasan gini, tapi bernyanyi itu melegakan dan menyenangkan. Bernyanyilah nak, asal tidak berlebihan. Belajarlah teknik menyanyi dan mengambil nafas, terapkan teknik tersebut untuk mengaji, supaya ketika kau mengaji kau bisa membedakan mana ayat peringatan, mana ayat kabar gembira dan mana ayat pengharapan.

Zaid ...
Mari kita sama sama belajar nak
Mari sama – sama berjuang, nak
Untuk hidup yang lebih kekal ...

Doa yang selalu Ibu sampaikan kepadaNya tentangmu...
Ya Allah, jadikalnlah anak anak kami Pembela AgamaMU, Penegak SyariatMU dan Penjaga KitabMU


Jakarta, Februari 2017


Ibu Zaid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar