Bismillahirrahmaanirrahiim
Tertulis atas dasar rasa sayang saya kepada negeri
ini, yang telah memeberikan tanahnya untuk ditanami yang hasilnya dapat saya
makan dan yang telah memeberikan airnya untuk dapat saya minum
REFLEKSI 2
MEI 2013
Mungkin 2 Mei tahun ini sedikit berbeda dari tahun
sebelumnya. Selama 4 tahun menjadi mahasiswa, 2 Mei tahun inilah, yang saya
rasakan dalam kesendirian. Tak lagi turun ke jalan seperti 2 Mei 3tahun
berturut – turut yang lalu, tahun ini saya cukup merefleksikannya melalui
tulisan sederhana ini.
Entahlah, mungkin ini jatuhnya curhat atau sekadar corat
coret seorang mahasiswa tingkat akhir di balik meja belajarnya dan di sela –
sela mumet tugas akhirnya. Yah intinya mah, ini sebuah penyedaran untuk diri
saya tentang kondisi pendidikan negeri ini.
Udah ah, prolognya, nanti lama curcolnyah =D
---------
Saya memang bukan seorang guru atau mahasiswa IKIP yang
sedang PPL mengajar di suatu sekolah. Bukan juga tenaga pendidik yang ahli
dalam masalah pendidikan. Saya hanya mahasiswa biasa yang sayang kepada
negerinya. Yaaa... kalau bahasa kerennya ’pengamat pendidikan’ =D
Namun, sekalipun saya bukan pengamat pendidikan tingkat
profesional, saya cukup memahami kondisi pendidikan di negeri ini. Lewat rilis
yang saya baca tiap saya aksi, lewat diskusi dengan teman – teman mahasiswa
lainnya dan satu lagi, 5 tahun saya mengurus organisasi ROHIS di SMA dan SMP
saya, beberapa kali dilibatkan dalam pengambilan kebijakan sekolah, sekali
sepekan mendengarkan curhat adik – adik SMA dan SMP tentang sekolah dan
pendidikan –bahkan sesekali guru-, saya pikir cukup membuat saya lebih melek
melihat kondisi pendidikan di negeri ini.
2 Mei
tahun ini, sekali lagi, berbeda.
Tiap tahun, saat 2 Mei tiba, saya selalu mengamati, apa
yang terjadi pada pendidikan di negeri ini. termasuk 2 Mei 2013 ini.
Kalau kita mau melihat media dan terus memantau kabar
pendidikan di Negeri ini, saya pikir kita akan pusing dan lelah, karena saking
banyaknya dan terasa tidak selesai – selesai.
Yang baru saja, ketidakberesannya UN 2013. Masalah itu
belum selesai, pemerintah akan dihadapkan pada deadline Kurikulum 2013, yang katanya akan diberlakukan Juni
mendatang dan Mei ini akan mulai disosialisasikan ke ratusan ribu guru di
seluruh negeri ini. *belum terbayang dalam benak saya, mau seperti apa strategi
yang digunakan dan tekniknya seperti apa.
U eN
Tahun ini sistem evaluasi belajar siswa melalui UN,
tampaknya berada pada kondisi titik jenuh tertinggi dan benar – benar harus
dievaluasi besar – besaran. UN tahun ini, seakan – akan benar – benar membuat
generasi penerus negeri ini, seakan tak dihargai. Mulai dari soal dan lembar
jawaban UN yang tidak merata didistribusikan sampai standarisasi yang
ditetapkan sama untuk semua daerah (tanpa melihat domisili, sarana dan prasarana
daerah tersebut).
Kasus soal
dan lembar jawaban UN yang tidak merata.
Haloooo. Please deh ya, kita ini punya kantor pos kan
yaa, kenapa tak gunakan saja itu tukang pos untuk mengantarkan soal dan lembar
jawaban UN ? supaya anak – anak tidak tertinggal Ujiannya. Kita bisa saja
mengatakan ’ndak apa apa lah, kan bisa belajar lagi anak – anak, bisa lebih
matang persiapannya’. Tolong ya, ini masalah psikologis....
Kondisi seorang tentara yang telah disiapkan untuk
bertempur malam, tiba – tiba ia harus bertempur pada pagi hari. Waktu dimana
mereka istirahat, yang ada mereka akan merasakan
stress. Kondisi psikologis mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka rasakan.
Ditambah beban nilai minimal yang harus mereka capai untuk lulus.
Terakhir, saya dengar bahwa, ketidaksiapan pabrik
percetakan dalam mencetak soal dan kurangnya materi soal. Makanya Bu / Pak, ga
usah aneh – aneh lah buat kebijakan. Membuat tipe soal sampai 20 kode, tahun
depan pakai kode braile aja gimana ?
Dana yang dibutuhkan kurang untuk membuat soal, sehingga
percetakannya mandeg ?
Kalian melakukan kunjungan kerja saja, bisa dilakukan,
kenapa urusan yang begini masih dipertanyakan? Apakah kita akan tetap menerima
kondisi seperti ini, padahal kita telah mengetahui bahwa ada yang salah dalam
penerapan sistem evaluasi belajar dengan UN ini.
5 W 1
H.... Kurikulum
Lalu urusan kurikulum, yang lagi lagi membuat saya harus
berfikir, sebenarnya maunya apa sih, pemangku kebijakan di negeri ini?
Suatu ketika sampai ada celetukan dari seseorang, percuma
kalau gratis sekolahnya, kalau kurikulumnya ganti terus, maka kita akan terus
menerus membeli buku, dan membeli bukunya itulah yang mahal. Pendidikan memang
gratis, tapi sarana dan prasarana untuk mendapatkan pendidikan itu yang
akhirnya mahal. Hal itu membuat sebagian masyarakat berfikir, percuma saja
pendidkan gratis, tetapi ketika bukunya mahal, sama saja. Logika sederhananya
seperti ini, apabila negeri ini terus menerus berganti kurikulum, maka kakak
kelas yang lama tidak bisa memberi pinjaman kepada adik kelasnya terkait buku,
yang digunakan tahun lalu. Sehingga , mau tidak mau, orang tua murid akan
membeli buku yng baru untuk anak
- Kurikulum yang digunakan saat ini, kondisi evaluasi akhir belajarnya, berantakan. Gimana kalau diganti ? belum diberesin, sudah saja ganti yang baru. Seharusnya pemerintah mengadakan evaluasi besar – besaran terkait kurikulum yang digunakan di tahun – tahun sebelumnya dan melsayakan perbaikan. Tidak harus mengganti, diubah dan diperbaiki sedikit saya pikir sudah menambah ’pekerjaan’ baru bagi pemerintah saat ini.
- Kurikulum baru, yang dinamakan Kurikulum 2013 ini, rencananya akan diberlsayakan Juni mendatang. Ini udah bulan Mei. Pemerintah mengatakan akan mensosialisasikan di bulan ini. sanggupkah mereka mentraining, membuat guru – guru se Negeri ini mengerti dan memahami kurikulum 2013 tersebut ? Distribusi soal saja masih bermasalah. Nanti diktat yang menjadi acuan ikutan telat terkirimnya.
- Untuk mentraining pastilah orang yang jauh di atas yang akan ditraining. Minimal dia telah mengerti dan pernah menjalankan kurikulum seperti itu, atau mendekati metode dan formatnya dengan kurikulum 2013 tersebut. Namun, sekarang... siapakah hendak dijadikan trainer untuk mentraining para guru tersebut ? Apakah mendikbud akan keliling Negeri ini untuk mengkampanyekan kurikulum tersebut ? dan kalau pun orang lain, siapakah orang tersebut ?
Saya pikir, tiga hal ini saja sudah harus membuat
pemerintah benar – benar serius dalam mengambil kebijakan perubahan kurikulum
ini. Karena urusan pendidikan, tidak hanya tahun ini dan tahun depan saja.
Namun, sepanjang adanya negeri ini, karena pendidkan adalah hal utama yang
benar – benar harus diperhatikan sebuah negara ketika negara itu mau maju dan
lebih baik ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar