Kamis, 23 Juni 2011

LC (Part III)


##Tragedi yang ”mengharukan” ##

Bus Karunia yang kami naiki berjalan perlahan menuju jalan baru. Maklum macet dan sambil mencari penumpang. Sampai jalan baru kmi melihat kelompok sidiq. Ada Sidiq, Apray Iswah dan Saprudin. Kami dadah dadah tuh ngajak mereka. Namun, tiba – tiba, dengan pedenya Saprudin nyuruh kita turun. ”eh turun” kita kan bingung ya”turun buruan”. Ini ke cibodas din”ngga udah turun cepetan. Ini tuh ga lewat cibodas” hah, masa sih???. Yaudah tuh dengan tampang dong dong dan aneh kita dengan pasrahnya turun mengikuti instruksi saprudin. Sampai bawah aku omeli saja si saprudin dan sidiq.

”Diq din.. tahu ga itu tuh lewat cibodas!!!”
”ngga, itu tuh lewat padalarang ga mungkin lewat cibodas”
”emang iya. Di puncak itu lagi ada pak SBY kita ga bisa lewat biar gimana ceritanya juga”
”res, kalaupun emang ada SBY paling pahit itu tuh buka tutup. Ga mungkin tutup semua. Sekarang udah deh kita nunggu angkot yang lewat sini aja”
”naik apa kita”
”ga tahu nih”
”pokoknya kalau naik angkot yang sama. Kita bakal ngambek – ngambek”
”ngga ini tuh lagi dinego sama kelompoknya ardi di kampung rambutan”
”HAH. Kelompok ardi bukannya udah jalan duluan?”
”iya jalan ke kp. Rambutan”
”sama akhwat – akhwat??”
”iya. Udah makanya disini aja. Sambil nunggu kelompoknya nita”
”oooh gitu... waaaah ada kemungkinan kita barengan dong”

Waaaa seru banget pikirku. Kita bisa jalan – jalan bareng. Nah entah bagaimana ceritanya ”bus marita kita” tiba. Benar saja di dalam sudah ada kelompok ardi, mumtaaz, fitri dan mba elly. Yasudah kami punpergi bersama kesana. Sepanjang jaln sepert biasa hiburan gratis dari NSP, Al Fath selalu saja mendedangkan nasyid. Padahal di dalm bus itu juga ada penumpang lain. Tapi ga apa – apa. Itung itung membumikan nasyid =D.

Bus yang kami taiki terus saja melaju sampai daerah Jonggol. NSP dan Al Fath sudah berhenti berdendang. Capek kali yaaaa....
Ya sudah akhirnya kami pun menaiki bus tanpa hiburan (lagi).

Bus yang kami naiki memasuki kawasan cianjur. Sampai perempatan kota kami diturunkan. Dan harus menyambung lagi dengan kendaraan kecil . (padahal bus yang kami taiki itu dapat mengantarkan kami sampai depan pintu pinggir jalan cibodas. Namun karena kami yang terlihat sangat lugu, maka kami agak diperlakukan semena – mena. Hahaha.... lebay, but this is the real).

Kami pun menuju ke cibodas dengan angkot kecil. Dengan proses tawar menawar yang sangat panjang dan berliku, akhirnya kami pun bisa ke Cibodas. Cap cuuuuusss...


#Depan Cibodas.
Heleeeeuuuh,, waktu telah menunjukan pukul 15.30. di depan pintu gerbang ini kami masih tetap ”diperas”. Mentang – mentang kami ini baru masih baru dalam mengijakan kaki dan melakukan yang namanya pemerasan. Bukannya dibantuin ya, tapi kami tetap saja dimintain uang. Akhirnya pak presiden turun dan meloloskan kami. Ya Alloooh,, semoga Engkau membukakan mata orang – orang tersebut.

Kami beristirahat di masjid dekat pintu masuk. Sudah tidak ada pungutan sih. Tapiii kita akan mulai penjelajahan. Kami mulai menanjak sekitar 17.30. maghrib kami di jalan.

Next...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar