Senin, 14 Maret 2011

Sejauh mana kita memahami arti ukhuwwah...


Halo-halo, tes tes, udah boleh nulis kan ya ???
hmm... asssalaamu'alaikum..


Hehehe... judul ini sebenarnya agak ngawur, soalnya kepikirannya pas waktu kuliah. Mumpung ada laptop nganggur di hadapan, maka diputuskan untuk menulis kisah seorang ukh yang kuliah di luar kota di kos kosan tempat dia tinggal...  (afwan ya ukh harus diceritakan, tapi insya Alloh akan jadi pelajaran untuk kita semua)

 Suatu ketika di suatu sore yang cerah, ketika aku sedang duduk - duduk di masjid, tiba – tiba hapeku berbunyi
“assalaamu’alaikum res, aku lagi jakarta. Ketemuan yuuk...”
Waaah.. lagi di jakarta kawanku ini....
“wa’alaikumsalaam, kapan ?”
“2 hari lagi ya...”
“oke”

Dua hari kemudian, ketika aku bertemu dengannya dia banyak bercerita tentang kuliahnya di kota tersebut. Dari sekian banyak cerita yang dia ceritakan, ada satu cerita yang sempat berfikir lagi tentang “sejauh mana kita memahami arti ukhuwwah”.
“aku sebel res sama sekosan aku...”
“hmm.. kenapa ?”
“heran deh, padahal sama – sama akhwat, tapi begitu”
“begitunya kenapa??? Ga jelas nih, jangan gantunglaah”
“mereka tuh teriak – teriak tentang ukhuwwah, tapiii mereka sendiri ga mempraktikkan”
“makin membingungkan kamu”
“hmm... contohnya gini deh res, aku pernah cerita sama temanku itu tentang kalau aku lagi sebel sama temanku lagi, dia bilang ‘ukhti... tidak boleh seperti itu, kalau seperti itu bisa merusak ukhuwwah’. Dan lalalalanya”
terus apa hubungannya dengan ukhuwwah”
“nah, gini res temanku itu a’bid banget”
“apaan tuh “
“ahli ibadah lah, QL nya rajin, shoumnya luar biasa, tilawahnya ga ketinggalan sholat sunnahnya oke banget tapiiiiiiiiiiiiii”
“hmmm”
“kalau masuk surga ga pernah ngajak”
“ya iya lah… orang itu belum mati kan? ente juga belum mati kan ?, lah terus siapa yang mau diajak?”
“bukan gitu , kalau dia mau QL atau mau shoum, ga pernah ngajakin kita – kita. Padahal kita – kita kan juga mau”
“kamu udah bilang belum ?, bilanglah pada dirinya ‘aku juga mau kali dibangunin jam segitu’. Udah bilang belum lu ?”
“belum sih”
“yeeee, kalau gitu ente juga salah,begimana dah… mana dia tahu kalau kamu juga pengen dibangunin jam segitu, kali aja dia ngiranya  ga mau. Atau dia takut ngegangguin kamu”
“tapi kan harusnya tahu kalau kita juga saudaranya, ‘emangnya kita ga mau ketemu rame-rame di surga’ tapiiiiiiiiiiiiiii, tolong yaaa… NATO banget”
“udahlah, bilang aja sama dia kalau sikapnya dia ga baik dan lalalala yang tadi lu certain”……….

****
Sejenak kuberfikir, lalu apa artinya slogan “BERJUANG BERSAMA DI DUNIA BERHARAP BERTEMU DI SYURGA”. Kalau kita sendiri masih kaya gitu, ga mau punya temen di surga…
Sepele padahal, ga ngebangunin QL saat sepertiga malam, tapi dampaknya luar biasa. Bukankah Alloh bilang “wahai orang yang berselimut, bangunlah pada malam hari kecuali sebagian kecil, yaitu separuh atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari itu dan bacalah Al Qur’an, sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat …” (QS Muzzammil 1-5). Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat. Perkataan untuk orang – orang yang Dia kehendaki. Yaaa perkataan yang nantinya berguna untuk menyebarkan diinNya.
Padahal ucapan adalah salah satu “senjata “ yang bisa kita gunakan untuk menyebarkan agamanya. Namun, kalau ucapan kita hanya sebatas pemberi peringatan yang tiada guna (masuk telinga kanan keluar telinga kiri ) apa gunanya.
Kalau cuma kita yang QL, dan Cuma kita yang mendapatkan “perkataan yang berat”, lalu apa gunanya saudara kita berada di sekitar kita ? padahal kalau mau menegakkan DiinNya kita harus bekerja sama, bahu membahu, BERJAMA’AH. Tapi kalau dalam jama’ah tersebut terjadi perbedaan dalam penyampaian, yang satu lebih kena (karena dia lebih sering QL) sedangkan yang lain biasa saja, bahkan cenderung tidak kena. Karena dia “tidak mendapatkan perkataan yang berat “ tadi. Lalu apa gunanya berjama’ah, kalau cuma kita yang menegakkan DinnNya, yang lain cuma nonton, yang lain cuma ngliat, cuma kita  yang jadi pahlawan ? buat apa ? Sombong-sombongan di depan orang ?!
“ga ngebangunin aku sahur res, padahal aku juga mau ikut puasa”. Jauh lebih sepele “udahlah, toh puasa sunnah, ga usah sahur juga ga masalah”. Bukan itu masalahnya. Bukan sahur atau ga sahur. Waktu sahurnya yang bermasalah. Waktu sahur adalah sepertiga malam,  dan sepertiga malam adalah waktu yang paling baik kalau misalnya kita mengisi waktu – waktu tersebut dengan hal yang baik. Baik QL atau sahur.
Shoum, urusan sepele yang ga sepele. Banyak yang sedang berusaha untuk mengajak orang lain untuk jadi baik atau sekadar  menyampaikan sesuatu tentang orang lain tidak sabar atau terkesan marah – marah dan tidak sabar, akan menyebabkan orang lain menjadi enggan. Padahal kalau ­­­mau mengajak orang, satu hal yang harus kita miliki adalah kesabaran. Nah kalau kita sendiri ga sabaran gimana orang mau ngikutin kita. Yang ada belum – belum kita udah marah – marah, udah ga sabaran. Kapan bisa ngajak orang kalau gitu caranya.
***
Sahabat, mungkin ini sekelumit kisah yang biasa atau bahkn tidak biasa. Tapi ketui lah apa yang lakukan itu sebenarnya diperhatikan orang lain. Bahakan orang yang ada di sekitar kita. Jangan samapai kita teriak – teriak dakwah tapi ternyata orang disamping kita, ditegur pun tidak. Ditanya tentang “udah sholat belum” atau sekedar saya hallo pun tidak.
Sahabat, ada yang bilang padaku.. kita ini mau masuk surge rame – rame kan ? ga pengen sendirian aja ? lantas ayo kta sama – sama cari temen supaya kita ini sma – sama bisa ke surga.


Wallohu’alaam ….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar