POTRET BURAM KETIDAKKOOPERATIFAN CAGUB DAN CAWAGUB DKI
JAKARTA
PEMILUKDA DKI Jakarta yang merupakan hajatan terbesar
rakyat Jakarta tahun ini tengah memasuki tahap kritisnya. Sejak beberapa bulan
belakangan gaungnya menjadi hiasan buah bibir warga Jakarta, karena mereka
menaruh harapan cukp besar pada proses pergantian Gubernur ini. Mereka juga enaruh
harapan besar agar proses PEMILUKADA dapat melahirkan pemimpin yang benar –
benar mampu dan sangup bekerja nyata demi perubahan dan perbaikan kota Jakarta.
Proses PEMILUKADA
DKI Jakarta menjadi fokus utama kami dalam eberapa bulan belakangan ii. Berbagai
usaha pengawalan terhadap proses ini telah kami lakukan semata – mata demi
terwujudnya PEMILUKDA yang ideal bagi seluruh warga Jakarta. Beberapa minggu
yang lalu (21/6) kami BEM Jakarta Raya, mengadakan debat cagub dan cawagub DKI
Jakarta yang bertempat di Universitas Negeri Jakarta. Namun, kekecewaan yang
kami dapatkan, tidak satu pun cagub atau cawagub yang hadir pada agenda
tersebut.
Sikap tidak
kooperatif tersebut bisa jadi merupkan bentuk nyata dari hasil suvey yang kami
lakukan terhadap 100 mahasiswa yang ada di DKI Jakarta. Dalam survey tersebut
ditunjukkan bahwa 68,71 % ari 100 mahasiswa tidak percaya pada keenam pasangan
calon pemimpin Jakarta yang ada.
Minggu
(24/6) di Gedung DPRD DKI Jakarta, kami melanjutkan ikhtiar kami tehadap proses
PEMILUKADA ini. Kami membawa Pakta Integritas yang berisi kontrak sosial yang
kami tujukan pada keenam pasangan calon pemimpin DKI Jakarta ini. Namun,
sayangnya hanya tiga pasang yang berani menandatangani Pakta Integritas
tersebut, yaitu pasangan Hndardji – A. Riza ; Hidayat – Didik ; Faishal – Biem.
Ketiga pasanga lainnya tidak berani menandatangai tanpa ada alasan yang jelas. Berbagai
rangakain usaha kami lakukan agar terwujudnya keinginan warga Jakarta agar
pesta demokrasi ini berjlan dengan baik dan melahirkan sosok pemimpin yang baik
pula, sekaligus sarana pencerdasan politik untuk warga Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar