Selasa, 06 Juni 2017

Komunikasi Aku, Kamu, Kita #Day6

Hari ini adalah hari keenam dalam tantangan komunikasi produktif.
Nah, dalam catatan ini akan dicatat selama 3 hari ke belakang. Saya agak keteteran nih dengan tantangan di kelas Bunda Sayang ini. Hehee
Di matriks lalu, saya pernah janji dengan diri saya sendiri, bahwa saya ga akan banyak online. Apalahi di depan anak. Tapi bulan pertama ini saya ngerasa jam online di kelas bunsay ini lebih banyak ya... Semoga hanya di bulan pertama ini.

Oke next.
Sebenarnya dalam pola komunikasi ini kami sudah melakukan apa yang menjadi panduan dalam berkomunikasi. Tapi ya itu dia, mencatatnya yang belum. Huehehee

Dari beberapa poin berkomunikasi dengan pasangan, hal yang sangat menjadi tantangan adalah mengendalikan emosi. Komunikasi dengan anak juga sih.
Terlebih kalau lagi banyak agenda, banyak yang dipikirin banyak urusan. Ya Allah, itu tantangan banget lah.
Kalau urusan emosi lagi ga bisa terkontrol, hilang lah itu semua teori. Wkwk
Ga akan ada ceritanya Clear and Clarify, Eye Contact, Intonasi pun pa ga akan beraturan.

Tapi akhirnya setelah hari ini dan ditemukan maslaha tersebut, saya jadi lebih mulai memahami bagian mana yang harus ditingkatkan.
Itu aja sih, kemajuan dari beberapa hari melakukan tantangan.


Overall, kami sekeluarga mencoba semua teori yang ada. Karena sesungguhnya, dalam berkomunikasi semuanya dibutuhkan, tinggal disesuaikan saja. 


#level1
#day6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Jumat, 02 Juni 2017

Komunikasi Aku, Kamu, Kita #Day 3

Hari ketigaaa...
Suami saya memulai pola komunikasi kami dengan Intensive of Eye Contact. Wkwk
It’s mmmm... amazing :D

Soalnya saya pasti akan tengsin kalau diliatin matanya. Hahaa
Tapi ternyata ini efektif juga untuk kami. Soalnya jadi bisa sama – sama saling menghargai dan merasa sangat diperhatikan.
Ini baik untuk kami, jadi tidak terlalu banyak miss nya. Dan suami saya akan lebih paham mau nya saya gimana... apalagi kalau saya lagi ekspresif.
Begitupun saya, kalau suami udah mulai bete bicaranya, saya langsung aja muncul di depannya sambil ngedip ngedip
’Aa ngambek sama Bund ?’
Ting ting ...
                                                                                                
Di hari ketiga ini pun, anak kami sudah mulai bisa bekerja sama dalam memilih. Suka deh, saat adzan maghrib tadi. Suami dan anak sedang main, kemudian suami makan kurma. Kondisinya, anak kami juga sedang makan, disuapi suami.
Terus tiba – tiba anak ga mau makan, nunjuk – nunjuk plastik kurma
’Zaid mau apa ? A nak, mam dulu nasinya’ kata suami
Dia ga mau
’Zaid mau kurma’
Terus dikasih lah itu kurma, terus dia ga uring – uring. Hihii...


Lucu ya, kalau liat komunikasi dengan anak. Tapi yang paling mengharukan adalah saat kita tau anak maunya apa. 


#level1
#day3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komunikasi Aku, Kamu, Kita #Day 2

Clear and Clarify + Mengatakan yang diinginkan

Saya memilih metode ini di hari kedua dan melihat reaksinya saat berkomunikasi dengan suami 

Saya menggunakan 2 metode ini, supaya jelas, saya butuhnya apa. Hee
Di hari kedua ini, lumayan baik perkebangannya. Terutama hal – hal yang sifatnya pekerjaan rumah.

Kalau sebelumnya, suami suka meninggalkan hanger di gantungan baju. Dan saya Cuma bilang ’Aa mah, hangernya nanti dimasukin napa, nanti dimainin anak – anak, bund males deh’
Sekarang ’A, hangernya masukin’
Lebih simpel dan suami pun langsung berdiri untuk memasukan hanger. Hee

Untuk clear dan clarify. Metode ini sudah kami lakukan secara default. Misalnya, jika saya mau minta dibeliksan sesuatu saat beliau pulang kerja, saya akan kirim whatsapp padanya dan terjadilah feedback. Dan selama ini sudah cukup efektif ...

Di hari kedua ini pola komunikasi saya dengan anak, masih tetap terus observasi. Ternyata dia juga suka kalau dikasih pilihan.
Kalau dia udah uring – uring, saya pasti tanya
’ Zaid mau apa ?’
Dia akan jawab dengan bahasa dia dan saya konfirmasi. Kalau oke, maka dia akan berhenti kalau belum oke, dia pasti uring – uring lagi. Wkwk ...



#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komunikasi Aku, Kamu, Kita #Day 1

Game Pertama ...

Ini PR kami pertama. Di kelas ini nama PR nya adalah Game... hee
Tantangan !
Tantangang ini dikerjakan selama 17 hari dan di selesaikan dalam waktu 10 hari. An ditulis setiap hari / setiap beberapa hari sekali untuk dipantau kemajuannya.

Game pertama ini kami diminta untuk mengobservasi gaya komunikasi dengan pasangan dan anak.
Hee...

Seru juga inih, secara saya dan suami adalah tipe yang sangat berbeda dalam komunikasi. Saya mah, bener – bener perempuan alias bawel. Nah kalau suami saya andem ayem aman tentram dan damai.

Pas dapet materi pertama kemarin, terus dapat materi komunikasi. Saya bilang sama suami
Saya : Sy
Suami : Sw

Sy      : Aa, bulan ini materi bund tentang komunikasi. Bund diminta untuk mempraktikan komunikasi produktif dengan pasangan
Sw     : Terus...
Sy      : Baca deh materinya. Nanti Aa pilih ya, mau gaya komunikasinya yang kaya gimana ?
Suami saya baca...

Sy      : Udah ? Gimana ?
Sw     : Biasa aja
Sy      : Aa mau komunikasi produktif kaya gimana ?
Sw     : Perasaan selama ini udah beres kok. Kenapa emangnya ?
Sy      : Aa ga merasa ga ada masalah dengan komunikasi kita ?
Sw     : Ngga...

Jreeeng... wkwkwk, hadeeeh
Baiklah, ternyata suami saya biasa aja sodara sodara dengan ga komunikasi kami selama ini.
Saya sih ada beberapa yang menantang. Terutama soal waktu ketika akan menentukan sesuatu. Karena karakter kami yang berbeda, FoR dan FoE kami berbeda maka waktu untuk menentukan sesuatu pun menjadi berbeda.
10 hari ini saya akan mencoba menggunakan beberapa metode saat berbicara dengan pasangan dan anak.

Hari pertama dimulai tanggal 31 Mei 2017
Jujur yah, di tanggal tersebut saya belum mempraktikan gaya komunikasi yang gimana – gimana.
Yaa ngobrol sama suami biasa aja. Ga ada yang spesial.
Jadi pas hari pertama saya belum melakukan tantangan ini, dengan suami. :D

Kalau dengan anak...
Sebenarnya kalau saya perhatikan, anak kami sudah mulai bisa diajak komunikasi.
Minimal dia memberikan tanda – tanda kalau mau sesuatu dan menolak kalau dia ga mau.
Daaan yang saya suka dari dia adalah, dia senang banget kalau saya melakukan sesuatu di depan dia, nanti dia perhatikan dan dia ikutin.


Jadi kalau melihat hal tersebut, pas hari pertama tanggal 31 Mei, saya lebih banyak observasi tentang gaya komunikasi dengan anak yang paling oke


#level1
#day1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Prinsip Untuk Anak


‘Zaid kalau bobo malam jam berapa mba ?’
Tanya saudara saya waktu itu saat kami main ke rumahnya.
’abis Isya juga udah bobok, jam 8 lah. Paling lama jam setengah 9’
’cepet banget, anak aku kalau tidur malam banget. Jam 11 atau jam 12’
’wow. Zaid soalnya dibiasain dari lahir, abis isya udah tidur. Nyusu sama aku terus bobo, nanti jam 11 bangun, nyusu lagi’
’ih aku mah biarin aja anak mau tidur jam berapa. Se ngantuk nya dia aja’

-----
Pernah diceritain gini ga mak ?
Atau kisah lain seputar kebiasaan anak yang umum, jam tidur, gaya makan (duduk berdiri jalan jalan) , waktu mandi, jenis makanan atau lainnya...

Honestly, saya kadang suka iri liat ibu ibu udah yang bala bantuannya banyak dalam pengasuhan anaknya. Ada nenek kakek, om tante, bibi, tetangganya ikut terlibat juga.
Tapi sisi lain saya kasihan dengan si anak. Kenapa ?
Karena akhirnya si anak kadang ga punya prinsip hidup masa kecil. Halah, bahasa apa lah ini... wkwk
Yaa, intinya ga mengasuh tiap orang kan beda – beda, jadi karena terlalu banyak yang mengasuh jadi galau dan bimbang si anak. Kita sih bisa aja ga nyadarin hal itu dan nganggap biasa aja, tapi kalau terus terusan bisa jadi beneran bimbang itu anak.
Pas diasuh sama neneknya kalau makan sambil duduk di stoller, keliling komplek.
Pas sama tante, makan sambil mainan sama kelinci.
Sama mama, harus duduk manis di kursi makan.
Kira kira dia bakal mau makan sama siapa ???

Sebenarnya kalau kita udah pelan pelan menanamkan prinsip ke anak lebih mudah. Terus prinsip itu kita sampaikan ke orang – orang sekitar kita.
’nek, si dedek kalau makan duduk ya’
’tante, dedek kalau bobok malam jam 7 ya’

Jadi mau ga mau si anak dan tim pengasuh anak, akan pelan – pelan mengikuti prinsip kita.

Nah kalau kita sendiri belum punya prinsip gimana ?
Ya dipikirin mak. Kita mau anak kita kaya gimana maak ?
Tujuannya hidupnya gimana mak?
Cara dia hidup gimana mak ?

Nah itu pelan pelan kita terapkan ke anak. In syaa Allaah, anak kita akan pelan – pelan ngikutin ...

Satu lagi mak... yuk biasakan anak kita dengan kebiasaan yang ga nyusahin kita, nantinya.
Misalnya... kalau dia mau makan sambil duduk ya ga perlu lah kita gendong dia dan ajak keliling kampung supaya makan. Sesekali boleh mak, tapi kalau tiap hari.
Ga kebayang kan kalau kita lagi repot, karena anak kita udah sangat kebiasaan makan sambil keliling kampung, jadinya kita mesti keliling kampung untuk nyuapin dia makan.

Saya juga masih belajar kok mak, sama sama ya maak ...

Komunitas


Tiap orang pasti ikut serta dalam komunitas. Disadari atau ngga, pasti kita suka deh kalau kumpul – kumpul bareng sama banyak orang.
Apalagi kalau satu frekuensi, satu hobi, satu kepentingan... yaah pokonya sama lah tujuannya.
Tapi sebenarnya, tujuan mendasar kita ikut komunitas apa sih ?

Saya ikut 3 komunitas yang akhirnya menjadi WA Grup di HP saya.
Dan hampir semua grup pasti adaaaa aja yang curhat, masalah anak, masalah suami, masalah mertua atau lainnya.
Nah sebenarnya ada hati yang kadang terbesit ’itu sih biasa aja mak. Baper banget sih mak’

Tapi yang paling sering adalah bersyukur.
Maaak, bersyukur deh ketika ada saudari kita yang cerita anaknya ga mau makan, atau suaminya ga mau bantu masak. Tapi kita masih happy kalau anak kita masih mau makan. Minimal anak kita masih mau mangap kalau kita kasih buah mak.


Kemarin saya gabung di sebuah komunitas mak. Komunitas ini yang saya lihat, membernya yang semuanya perempuan ini mak, rata – rata mereka orang – orang yang berkecukupan. Karena pas saya ketemu dengan mereka, rata – rata mereka menggunakan kendaraan roda 4. Tetapi ketka saya membaca di WAG komunitas tersebut, banyak juga yang cerita kalau anaknya mengalami kekurangan – kekurangan, suaminya ga support kegiatannya. Nah kaaan...

Bersyukur mak...
Saya sering banget kepikiran, Ya Allah... walau kami cuma punya motor 1, tapi Allah kasih kami rejeki luar biasa.
Suami yang baik, dan support mau bantu masak
Anak yang baik dan anteng. Maa Syaa Allah

So, mari bersyukur mak... Allah akan kasih semuanya lengkap, ujian dengan kunci jawabannya :)