Siang itu, sepulang sekolah, kami para pengurus Rohis berkumpul di masjid sekolah. Ada rapat mendadak atau entah ada apa.
Hanya ada lima orang. Suasananya pun agak – agak tegang. Sang ketua rohis duduk bersila diantara hijab dan disebelah kiri hanya ada dua orang akhwat, aku dan sobatku.
Lalu, seorang ikhwan terdengar berbicara. “Begini akh dan ukhti yang di sana…. Maksud Ane minta ketemuan sebenarnya lumayan penting. Ane ga tau harus ngomong gimana atau mulai dari mana.
Singkatnya aja yaa, kita semua udah kelas tiga. Bulan depan kita udah mau ujian akhir. Trus abis itu kita musti siap – siap untuk SPMB. Nah, kayaknya sih, Ane pribadi untuk sementara ini, yaah paling ga selama dua bulan ini bermaksud non aktif dulu dari Rohis… Ane pengen konsentrasi buat studi. Kita kan juga punya tanggung jawab sama ortu dalam hal studi… “
Sang ketua Rohis masih diam, Belum menanggapi. Seorang lainnya ikut menambahkan, “Iya akh dan ukh,Ane juga setuju dengan yang diucapkan Akh tadi… Masalah Rohis dan kegiatan – kegiatan lainnya kita serahkan dulu ke adik – adik kelas X dan kelas XI, mereka kan masih ada waktu luang… “
Aku pun menyela “ Jadi ceritanya kalian mau cuti dulu gitu …? “
“Yah… kurang lebih seperti itu ukh…”. Jawab seseorang diantara mereka.
******
DAS.. !!! Seketika itu seperti ada yang menghantam dadaku dengan telak ketika aku mendengar pernyataan dari mereka.
Akhirnya sang ketua Rohis pun buka suara, dengan nada pelan dan lembut beliau berujar,”Ehem, ya akhi, kalau itu memang sudah kemauan antum berdua, kayanya ane atau siapapun ga bisa mencegahnya”
Suasana jadi hening. Sang ketua Rohis masih berbicara, tetapi aku sudah tidak begitu memperhatikan. Pandanganku teralih ke langit luar yang siang itu sebenarnya cerah namun tak secerah hatiku ketika mendengar ucapan dari seorang pejuang di sekolah ini. Dan entah kenapa tiba – tiba aku merasa masjid sekolah sepi. Tak ada semangat dari orang – orang yang dulu berusaha menghidupkan “semangat” masjid ini.
*****
Mungkin masalah ini juga terjadi di Rohis sekolah – sekolah lain. Tidak hanya di sekolahku. Satu persatu kawan – kawan seperjuangan kita di Rohis mulai ga ada.
Bergugurankah ? ah, aku rasa tidak. Dan kupikir masalahnya sama, karena kelas XII sudah mulai sibuk dengan ujian akhir sekolah dan siap – siap ngalnjutin ke PT. Dakwah di Rohis jadi ga laku. Dan DAS ! kalimat itu musti kuhayati mesti dengan susah payah dan dadaku semakin sesak.
Aku merenung dan memikirkan apa yang terjadi “jadi itulah kita “ujarku dalam hati. Semangat dakwah di sekolah memang seperti angin kadang kencang kadang sangat pelan atau malah tiada sama sekali. Namun, aku tak pernah berfikir sampai sejauh ini, berfikir bahwa Rohis akan ditinggalkan oleh pelaku, satu demi satu.
Diserahkan kepada adik – adik kelas X dan XI, ? Apa benar kita sampai sesibuk itu ? Apa bener semuanya sudah tak punya waktu luang lagi hanya sekadar untuk datang rapat atau menemani rapat adik – adik kita ?
Hmm… kalau dihitung – hitung, kalau temen – temen mau cuti dua bulan dan ketika dua bulan itu selesai dan kita kembali ke sekolah, kegiatan KBM sendiri sudah selesai. Adik – adik kelas X dan XI pun sedang libur semester genap. Artinya, yaah, kegiatan Rohis pun libur, lalu apa yang mau kita lakukan ?
Yang ada dalam fikiranku adalah, segala yang kita lakukan adalah suatu kesatuan yang tak mungkin terpisahkan. Masing – masing saling bertautan dan masing – masing ada hikmahnya sendiri.
Apa benar, ketika kita cuti dulu hal tersebut bisa menjamin kita lulus ujian akhir ? atau apakah benar ketika kita cuti dulu, kita bisa lulus SPMB dengan gemilangnya dan diterima di PT yang kita inginkan ?
Atau malah , rangking satunya kita di kelas, menang lomba ini itu, dapat penghargaan dari RT sampai menteri atau penghargaan lainnya, dikenal guru –guru, dimudahkan Alloh dalam belajar, semua itu karena kita aktif dalam kegiatan Rohis. Kegiatan yang membela agama Alloh. Bukankah Alloh telah mengatakan, “ Wahai orang beriman, jika kamu menolong agama Alloh maka Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu “ (QS 47:7 )
Namun, aku teringat lagi dalam dakwah siapapun boleh pergi dan Alloh akan menggantinya dengan orang – orang yang memiliki komitmen yang tinggi.
*****
Ketika akan pulang, sang ketua Rohis berujar kepada kami, “Ukhti, kalau anti juga mau cuti, tinggal saya sendiri di Rohis..”
Suaranya masih pelan. Namun kali ini terasa pahit dan getir.
Wallahu ‘alam bishshowwab… (SAKSI / No 23/Thn I/11 Mei 2005)