Selasa, 22 Maret 2011

Peniti, Si Kecil Sahabat Setia Para Akhwaat.....


Peniti, benda imut – imut dari besi yang runcing ujungnya ini mungkin bermakna biasa saja bagi beberapa orang. Namun, bagi para akhwat keberadaan peniti (yang sering dibilang senjata tersembunyiku oleh temen - temen cowo ketika SMA ) ternyata Subhanallah sangat berguna.

          Bagi sebagian orang, peniti mungkin hanya untuk pengait kerudung atau menyambung baju ketika kancing kita lepas. Itu benar adanya. Namun kawan, untuk beberapa akhwat (termasuk diriku ) peniti tidak hanya untuk pengait jilbab, berikut adalah beberapa contoh manfaat dari peniti :

a.    Senjata rahasia… caranya : lebihkan minimal 1 buah peniti pada bagian bawah jilbab anda. Suatu ketika anda merasa bahwa tas anda sedang diincar oleh copet, siap-siaplah dengan peniti anda. Ketika tas anda sudah mulai disentuh oleh sang copet maka cepat – cepatlah berbalik, lalu tusukan peniti anda pada tangan sang copet. Tariklah agak keras. Hasil : minimal sang copet berdarah maksimal tangan sang copet harus dijahit … aiiih agak sadis memang

b.    Pengganti cutter. Pernahkah anda bingung bagaimana membuka kardus baru (air mineral contohnya ). Padahal pada saat itu anda sedang tidak memiliki cutter atau gunting. Caranya mudah kawan, Panggillah kawan akhwat anda atau anda sendiri. Minta tolonglah kepadanya atau lakukan sendiri. Caranya mudah : tusukan saja peniti yang anda miliki di bagian kardus yang berlakban, tarik. Niscaya akan terbuka.

c.    Pengganti jarum dan benang. Pernahkah suatu ketika tas anda mengalami depresiasi alias putus. Hahay mudah kawan untuk mensiasatinya gunakan peniti untuk menyambungkan tali tas anda. Baru ketika anda sampai di rumah silahkan anda jahit atau mau langsung dilem kuning…

Tips seputar peniti :

a.    Hindari peniti berwarna emas, karena akan cepat berkarat dan mudah meninggalkan jejak pada jilbab atau baju, terutama kain yang berwarna putih.
b.    Jangan menggunakan peniti yang sudah lanjut usia, alias berkarat karena lagi-lagi bisa meninggalkan jejak.
c.    Jangan mencuci baju atau jilbab ketika peniti masih tersemat. Karena peniti yang sering kena air akan mudah berkarat.
d.    Tips penampilan, perhatikan ukuran peniti anda. Jangan sampai peniti untuk menyempurnakan tertutupnya jilbab anda tersemat secara besar – besar. Kalupun mau anda bisa menggunakan pin atau bross, tha’s better kawan.

Wallahu’allam bishawab…
Demikian semoga bermanfaat ^^

Jumat, 18 Maret 2011

Sedekah....


SEDEKAH

Kita tentu pernah mendengar ayat Alloh yang mengatakan bahwa “ Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumatkan, sesungguhnya jika kau bersyukur maka akan kutambah nikmatKu dan apabila kau ingkar maka azabku amatlah pedih “ (14;7)

Sedekah, adalah kata yang mungkin sering kita dengar dan diucap. Namun, kadang sulit atau bahkan jarang kita lakukan. Kata ini akan terlaksana hanya jika kita daolam keadaan berlebih dalam harta. Namun, apabila kita dalam keadaan yang kurang, kita jarang melakukannya. Padahal justru dalam keadaan kuranglah, kita diuji olehNya, apakah kita sanggup atau bersedia memberikan apa yang kita miliki untuk orang lain yang mungkin saja lebih membutuhkannya dari kita.

Sedekah tidak hanya dalam bentuk harta. Segala yang ada dalam diri kita, yang telah diberikan oleh Alloh, patut kita sedekahi. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dalam  bersedekah hendaknya kita ikhlas dan tidak menyebut – nyebut sedekah kita. Hal itu akan membuat orang yang kita beri sedekah sakit hati.

Namun, dalam memberi sedekah kita juga jangan berlebihan. Ada hak dari diri kita yang harus kita penuhi. Kita jangan hanya memikirkan akhirat sedangkan hak fithrah dari diri kita terbengkalai.

Oleh karena itu, mari jadikan bersedekah ajang kita untuk bersyukur kepada Alloh, karena dengan bersyukur Alloh akan menambah nikmatnya kepada kita.

Wallahu’alaam bishowab…

Muslimah dalam Politik Islam


Membincangkan perempuan tidak akan pernah tercaapia ujungnya. Perempuan, menurut sebagian pengamat adalah keajaiban kedelapan setelah tujuh keajaiban dunia. Sejak keberadaannya, pembahasan tentang perempuan telah mengahabiskan jutaan lembar kertas kerja dan jurnal – jurnal ilmiah. Baik dari bacaan ringan semacam novel sampai pembahasan yang serius di meja seminar. Zaman terus berubah, musim silih berganti. Abad kedua puluh datang dicirikan dengan bangkitnya semnagat pengkajian terhadap eksistensi seorang perempuan. Tuntutan – tuntutan berubah sebagai akibat dikenalnya istilah yang terus dikenal, Emanspasi wanita. [1]

Emansipasi wanita tidak luput dalam bidang politik. Hal ini merupakan tantangan bagi para Muslimah untuk berpartisipasi didalamnya. Sekaligus merupakan peluang untuk menerjemahkan konsep-konsep Islam secara riil kedalam bidang-bidang kehidupan. Bagaimana sebuah kebijakkan yang lahir nantinya sesuai dengan nilai-nilai Islam, mampu mengangkat aspirasi dan kepentingan kaum perempuan yang tertindas, adalah harapan yang muncul dari tampilannya perempuan didalam lembaga-lembaga semacam parlemen.
Kaum perempuan memiliki eksistensi yang tak pernah dinomorduakan Islam. Kaum perempuan memiliki harkat keluhuran yang diakui Islam. Bahwa kebaikan tidak bergantung kepada jenis kelamin, tetapi lebih kepada kedalaman iman dan amal shalih masing-masing individu yang akan melahirkan keshalihan pribadi dan keshalihan sosial.[2]

Berbicara tentang partisipasi politik wanita, dalam hal ini seorang muslimah, dalam kancah perpolitikan tentunya harus disesuaikan dengan kaidah – kaidah syar’i dan teladan yang diberikan oleh shahabiyah. Peran para shabiyah atau perempuan pada masa Rosululloh dalam partisipasi politik dapat dilihat dari beberapa kegiatan yang dilakukan oleh para shohabiyah, antara lain : peran wanita saat dakwah secara smbunyi – sembunyi dan terang – terangan, peran wanita ketika Rosululloh berhijrah, para wanita yang ikut berbaiat dan para wanita yang ikut serta dalam peperangan [3].

Peran wanita dalam sisi politik ketika masa dakwah secara sembunyi -  maupun secara terang – terangan mislanya, saat itu muslimah berperan untuk menyembunyikan keislaman suaminya sampai ketika keislaman suaminya tidak diketahui siapapun. Kemudian saat dakwah terang – terangan, peran muslimah disini adalah sama – sama menyebarkan agama islam itu sendiri. [4]

Saat kaum muslimin hijrah ke Madinah, para wanitanya pun ikut hijrah ke Madinah, antara lain : Aminah binti Arqom, Arwa binti Abdul Mutholib, Ummu Kultsum binti Uqbah dan masih banyak lainnya. Mereka adalah para sahabiyah yang menjadi pelopor – pelopor perjuangan islam di seluruh dunia dan menjadi uswah bagi seluruh para wanita yang berjuang untuk memperjuangkan agamaNya dalam ranah politik. Sedangkan peran wanita dalam baiat. Baiat adalah sumpah setia untuk taat dan peneguhan janji antara kedua belah pihak. Seakan – akan kedua belah pihak. Seakan masing – masing kedua belah pihak, yang berbaiat dan yang dibaiat menjual apa yang ada pada dirinya kepada pihak yang lain, menyerahkan dirinya, ketaatan dan isi hatinya.


Tentang Politik Dakwah. [5]
Politik adalah napas dinamika ummat, sehubungan dengan tugas yang diemban setiap muslim yaitu untuk menegakkan sistem Ilahiah di bumi serta menjalankan syariat Alloh dalam kehidupan sehari – hari. Para ilmuan barat juga memberi pengakuan bahwa politik adalah sesuatu yang inheren dalam islam dandalam kehidupan muslim.

Legitimasi seorang muslimah agar bisa terjun dalam kancah politik antara lain [6]:
  1. Manusia sebagai hamba Alloh yang memiliki kewajiban untuk menaati hukum Alloh.
  2. Manusia adalah Kahaifah Fil Ardh

Karena sebabnya itulah para muslimah harus selalu berkontribusi aktif dalam perpolitikan. Partisipasi politik bukanlah barang asing bagi seorang muslimah. Karena para shahabiyat telah banyak melakukan aktivitas politik yang sangat berani dan revolusioner dalam rangka menyebarluaskan dan menegakkan syariat islam. Saat ini para muslimah dalam dimensi ruang dan waktu yang berbeda – disadari atau tidak, sebenarnya telah melakukan kegiatan partisipasi politik. Bentuk aktivitas politik yang paling sederhana dan sanagt mudah dilakukan adalah, ikut serta dan PEMILU dan Pemungutan Suara. Secara minimal seorang muslimah yang terlibat dalm aktivitas politik sebaiknya memiliki istilah – istilah yang sering digunakan dalam dunia politik. 

Pengetahuan ini diperlukan agar para muslimah nantinya tidak dijadikan pion oleh segelintir orang dalam memenuhi kepentingannya. Pada dasarnya kewajiban seorang muslimah antara adalah [7]:
a.       Untuk agamanya. Seorang muslimah wajib beriman kepada Alloh. Keimanan merupakan ketentraan yang berasal dari keyakinan yang ada di dalm hati dan dari logikanya. Sangat sulit memisahkan sistem pemerintahan dalam islam dari aqidah islam itu sendiri. Pemimpin yang menganggap dirinya menjadi seorang penguasa dan sebagai hamba Alloh akan menerapkan syuro dalam memutuskan perkara.
b.      Untuk Akalnya. Seorang muslimah harus membekali pemikirannya dengan sejarah islam, sejarah perang dan perpolitikan. Secara minimal seorang muslimah yang terlibat dalm aktivitas politik sebaiknya memiliki istilah – istilah yang sering digunakan dalam dunia politik. Pengetahuan ini diperlukan agar para muslimah nantinya tidak dijadikan pion oleh segelintir orang dalam memenuhi kepentingannya
c.       Untuk Masyarkatnya. Masyarakat adalah lingkungan yang ada di sekitarmu dan berbagai tradisi yang mengatur hubungan segala sesuatu yang ada padanya.oelh karena itu sebagai seoarng wanita muslim, haruslah berusaha untuk membangun masyarakat di atas tradisi dan adat istiadat yang baik. Hal ini agar dapat menumbuhkan kemuliaan serta membuahkan sikap tolong menolong. Salah satu contohnya adalah dengan berusaha untuk menyebarkan fikroh – fikroh tentang islam.

Oleh karena itu, partisispasi poliik seorang muslimah harus selalu “diawasi”. Pada dasranya konsep artisipasi politik dari setiap muslimah sama saja, sama – sama ikut serta dalam menentukan nasib bangsa. Namun, ada beberapa hal yang membuat muslimah lebih unggul dibanding komponenen lain dalam partisipasi politik., yaitu kemampuan muslimah untuk memobilisasi massa. Hal dikarenakan para muslimahlah yang lebih sering berada di lingkugan masyarakat. Sehingga jauh lebih dekat kepada masyarakat.

Dalam melihat peluang untuk berpartisipasi dalam perpolitikan, seorang muslimah tidak selalu harus menjadi anggota legislatif, tapi ketika kita menjadi seorang warga masyarakat biasa pun, kita bisa ikut berpartisipasi politik. Antara lain dengan menjadi aktivis, partisipan atau hanya sebagai pengamat.[8]
a.       Menjadi seorang aktivis. Dalam hierarki partisipasi politik menjadi aktivis dalam politik adalah yang paling tinggi. Karena menjadi seorang aktivis dapat dikatakan hampir lebih dari 50 % waktu yang dimilikinya berada dalam lingkup perpolitikan.biasanya para muslimah yang berada di puncak ini adalah orang – orang yang sangat paham bahwa memasuki dunia politik adalah memasuki ranah amanah. Dimana amanah tersebut adalah sarana kita untuk mencari Ridho dari Alloh. Sehingga setiap amanah yang diberikan kepada para muslimah haruslah dijalani dengan sungguh – sungguh.
b.      Menjadi partisipan. Apabila seorang muslimah ingin menjadi partisipan yang aktif dalam perpolitikan, setidaknya ada dua tempat untuk menampung keinginan para muslimah tersebut. Pertama adalah partai politik dan organisasi kemasyarakatan. Ketika muslimah berada di partai politik atau memutuskan menjadi politisi adaalh pilihan yang bijaksana. Karena ketika seorang muslimah telah memutuskan untuk menjadi seorang politisi berarti dapat dikatakan manejemen waktu muslimah tersebut sudah rapi. Karena dia bisa membagi waktu antara keluarga dan politik. Dan bagi seorang muslimah, kewajiban sebagai seorang politisi bukan hanya sekadar, bekerja untuk negara saja, tetapi untuk amar ma’ruf nahi munkar[9]. Karena amar ma’ruf nahi munkar pada dasarnya adalah salah satu karakter atau kepribadian dasar yang dimiliki seorang muslim[10]. Pada dasarnya apabila seorang muslimah berada di kelompok masyarakat, sama halnya ketika seorang muslimah berada di partai politik. Hanya bedanya adalah orientasi, cara kerja dan kepentingan.
c.       Menjadi pengamat yang kritis adalah salah satu cara untuk berpartisipasi politik. Ada beberapa cara untuk mewujudkanya. Antara lain yang pertama adalah dengan cara mengikuti perkembangan politik melalui media massa. Saat ini media massa baik televisi, koran atau internet telah menjadi barang yang setiap hari kita hadapi dan melalui media tersebut kita bisa menyebarkan informasi terkait perkembangan politik. Yang kedua adalah membicarakan masalah politik. Seperti yang telah diungkapkan di awal, bahwa seorang wanita adalah yang paling sering berada di masyarakat. Sehingga apabila obrolan mereka terkait politik, berarti mereka telah menjadi pengamat dari sitem politik di negaranya. Yang ketiga adalah memberikan suara dalam pemilihan umum. Hal ini adalah yang paling mudah dalam berpartisipasi politik.

Demikianlah segelintir tentang peran muslimah dalam partisipasi politik. Sebagai muslimah kita harus ikut serta dalam partisipasi politik. Karena pada hakikatnya ikut serta dalam partisipasi politik bkan sekadar berpartisipasi saja, tetapi lebih kepada Amar Ma’ruf Nahi Munkar


[1] Kiprah politik muslimah :Kata Pengantar oleh Hj. Noor Balqis
[2] http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/politik-islam-terhadap-perempuan.htm
[3] Peran politik wanita dalam sejarah Islam, Asma’ Muhammad Ziyadah : bag Daftar Isi
[4] Peran politik wanita dalam sejarah Islam, Asma’ Muhammad Ziyadah : hal 19
[5] Kiprah Politik Muslimah : Konsep dan Implementasinya, Amatullah Shafiyyah dan Haryati Soeripno : hal 20
[6] Kiprah Politik Muslimah : Konsep dan Implementasinya Amatullah Shafiyyah dan Haryati Soeripno: hal 24
[7] Divisi Muslimah Ikhwanul Muslimin:Mahmud Muhammad Al Jauhari: hal 29
[8]  Kiprah Politik Muslimah : Konsep dan Implementasinya Amatullah Shafiyyah dan Haryati Soeripno: hal 49
[9] Kiprah Politik Muslimah : Konsep dan Implementasinya Amatullah Shafiyyah dan Haryati Soeripno : hal 63
[10] Dr. Yusuf Qordhowi, Fiqh Daulah dalam Perspektif Al Qur’an dan Sunnah : hal 166 – 167 dalam buku Kiprah Politik Muslimah : Konsep dan Implementasinya : hal 63

Senin, 14 Maret 2011

Sejauh mana kita memahami arti ukhuwwah...


Halo-halo, tes tes, udah boleh nulis kan ya ???
hmm... asssalaamu'alaikum..


Hehehe... judul ini sebenarnya agak ngawur, soalnya kepikirannya pas waktu kuliah. Mumpung ada laptop nganggur di hadapan, maka diputuskan untuk menulis kisah seorang ukh yang kuliah di luar kota di kos kosan tempat dia tinggal...  (afwan ya ukh harus diceritakan, tapi insya Alloh akan jadi pelajaran untuk kita semua)

 Suatu ketika di suatu sore yang cerah, ketika aku sedang duduk - duduk di masjid, tiba – tiba hapeku berbunyi
“assalaamu’alaikum res, aku lagi jakarta. Ketemuan yuuk...”
Waaah.. lagi di jakarta kawanku ini....
“wa’alaikumsalaam, kapan ?”
“2 hari lagi ya...”
“oke”

Dua hari kemudian, ketika aku bertemu dengannya dia banyak bercerita tentang kuliahnya di kota tersebut. Dari sekian banyak cerita yang dia ceritakan, ada satu cerita yang sempat berfikir lagi tentang “sejauh mana kita memahami arti ukhuwwah”.
“aku sebel res sama sekosan aku...”
“hmm.. kenapa ?”
“heran deh, padahal sama – sama akhwat, tapi begitu”
“begitunya kenapa??? Ga jelas nih, jangan gantunglaah”
“mereka tuh teriak – teriak tentang ukhuwwah, tapiii mereka sendiri ga mempraktikkan”
“makin membingungkan kamu”
“hmm... contohnya gini deh res, aku pernah cerita sama temanku itu tentang kalau aku lagi sebel sama temanku lagi, dia bilang ‘ukhti... tidak boleh seperti itu, kalau seperti itu bisa merusak ukhuwwah’. Dan lalalalanya”
terus apa hubungannya dengan ukhuwwah”
“nah, gini res temanku itu a’bid banget”
“apaan tuh “
“ahli ibadah lah, QL nya rajin, shoumnya luar biasa, tilawahnya ga ketinggalan sholat sunnahnya oke banget tapiiiiiiiiiiiiii”
“hmmm”
“kalau masuk surga ga pernah ngajak”
“ya iya lah… orang itu belum mati kan? ente juga belum mati kan ?, lah terus siapa yang mau diajak?”
“bukan gitu , kalau dia mau QL atau mau shoum, ga pernah ngajakin kita – kita. Padahal kita – kita kan juga mau”
“kamu udah bilang belum ?, bilanglah pada dirinya ‘aku juga mau kali dibangunin jam segitu’. Udah bilang belum lu ?”
“belum sih”
“yeeee, kalau gitu ente juga salah,begimana dah… mana dia tahu kalau kamu juga pengen dibangunin jam segitu, kali aja dia ngiranya  ga mau. Atau dia takut ngegangguin kamu”
“tapi kan harusnya tahu kalau kita juga saudaranya, ‘emangnya kita ga mau ketemu rame-rame di surga’ tapiiiiiiiiiiiiiii, tolong yaaa… NATO banget”
“udahlah, bilang aja sama dia kalau sikapnya dia ga baik dan lalalala yang tadi lu certain”……….

****
Sejenak kuberfikir, lalu apa artinya slogan “BERJUANG BERSAMA DI DUNIA BERHARAP BERTEMU DI SYURGA”. Kalau kita sendiri masih kaya gitu, ga mau punya temen di surga…
Sepele padahal, ga ngebangunin QL saat sepertiga malam, tapi dampaknya luar biasa. Bukankah Alloh bilang “wahai orang yang berselimut, bangunlah pada malam hari kecuali sebagian kecil, yaitu separuh atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari itu dan bacalah Al Qur’an, sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat …” (QS Muzzammil 1-5). Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat. Perkataan untuk orang – orang yang Dia kehendaki. Yaaa perkataan yang nantinya berguna untuk menyebarkan diinNya.
Padahal ucapan adalah salah satu “senjata “ yang bisa kita gunakan untuk menyebarkan agamanya. Namun, kalau ucapan kita hanya sebatas pemberi peringatan yang tiada guna (masuk telinga kanan keluar telinga kiri ) apa gunanya.
Kalau cuma kita yang QL, dan Cuma kita yang mendapatkan “perkataan yang berat”, lalu apa gunanya saudara kita berada di sekitar kita ? padahal kalau mau menegakkan DiinNya kita harus bekerja sama, bahu membahu, BERJAMA’AH. Tapi kalau dalam jama’ah tersebut terjadi perbedaan dalam penyampaian, yang satu lebih kena (karena dia lebih sering QL) sedangkan yang lain biasa saja, bahkan cenderung tidak kena. Karena dia “tidak mendapatkan perkataan yang berat “ tadi. Lalu apa gunanya berjama’ah, kalau cuma kita yang menegakkan DinnNya, yang lain cuma nonton, yang lain cuma ngliat, cuma kita  yang jadi pahlawan ? buat apa ? Sombong-sombongan di depan orang ?!
“ga ngebangunin aku sahur res, padahal aku juga mau ikut puasa”. Jauh lebih sepele “udahlah, toh puasa sunnah, ga usah sahur juga ga masalah”. Bukan itu masalahnya. Bukan sahur atau ga sahur. Waktu sahurnya yang bermasalah. Waktu sahur adalah sepertiga malam,  dan sepertiga malam adalah waktu yang paling baik kalau misalnya kita mengisi waktu – waktu tersebut dengan hal yang baik. Baik QL atau sahur.
Shoum, urusan sepele yang ga sepele. Banyak yang sedang berusaha untuk mengajak orang lain untuk jadi baik atau sekadar  menyampaikan sesuatu tentang orang lain tidak sabar atau terkesan marah – marah dan tidak sabar, akan menyebabkan orang lain menjadi enggan. Padahal kalau ­­­mau mengajak orang, satu hal yang harus kita miliki adalah kesabaran. Nah kalau kita sendiri ga sabaran gimana orang mau ngikutin kita. Yang ada belum – belum kita udah marah – marah, udah ga sabaran. Kapan bisa ngajak orang kalau gitu caranya.
***
Sahabat, mungkin ini sekelumit kisah yang biasa atau bahkn tidak biasa. Tapi ketui lah apa yang lakukan itu sebenarnya diperhatikan orang lain. Bahakan orang yang ada di sekitar kita. Jangan samapai kita teriak – teriak dakwah tapi ternyata orang disamping kita, ditegur pun tidak. Ditanya tentang “udah sholat belum” atau sekedar saya hallo pun tidak.
Sahabat, ada yang bilang padaku.. kita ini mau masuk surge rame – rame kan ? ga pengen sendirian aja ? lantas ayo kta sama – sama cari temen supaya kita ini sma – sama bisa ke surga.


Wallohu’alaam ….

Untitle....

Aku belajar banyak dari kalian
Belajar menyikapi sesuatu dari sisi yang berbeda
Belajar bagaimana menyikapi hidup dari sisi yang berbeda
Belajar menyikapi masalah dari sisi yang berbeda

Walaupun kadang kita dibilang aneh

Tapi itulah kita kawan
Itulah yang membuat kalian istimewa disini
Di hatiku

Tahukah kalian betapa sungguh aku sangat menyayangi kalian
Karena Alloh
Dan sekali lagi Tanpa Lilin
Menyayangi kalian dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kita miliki
Menyayangi kalian atas segala idealisme yang kalian miliki
Idealisme tentang diri kalian
dan Idealisme tentang bangsa ini

Ayo kawan !!!
Mari kita menjadi batu bata berkualitas
Agar nantinya tersusun menjadi pondasi yang kokoh
Bagi Bangsa ini dan bagi Agama ini


*untuk aku, kau , kalian dan kita semua yang "akan dan selalu " turun ke jalan